Jumat, 25 Desember 2009

Peran Pers Daerah Belum Optimal
[Rabu,27 Agustus 2003]

“Peran pers sebenarnya harus menyentuh kepentingan masyarakat luas, tidak terkecuali rakyat kecil yang tidak berdaya. Sementara ini yang terjadi, banyak pers kita di daerah yang mementingkan segi bisnis, sehingga suara-suara rakyat kecil sangat sedikit yang terangkat di media massa,” ujar seorang peserta diskusi. Sehubungan dengan ini, diinginkan agar pers di daerah kembali mengembalikan jati dirinya kepada rakyat, apalagi dewasa ini banyak rakyat yang menderita tanpa mendapat pembelaan. “Keberpihakan pers pada rakyat sedang ditunggu. Jangan sampai luntur akibat pengaruh globalisasi,” lanjut peserta tadi. Diskusi panel itu sendiri, menampilkan dua pembicara yakni Drs Yusradiansyah yang juga mantan Kabag Humas Pemkot Samarinda yang kini menjabat staf ahli Pemkot Samarinda, dan Drs Hamdani yang juga redaktur majalah Eksekutor. Yusradiansyah banyak menyorot tentang pengelolaan media massa, terutama media cetak Koran dan majalah. “Dalam era reformasi ini, banyak muncul penerbitan media cetak seperti koran, tabloid dan majalah. Namun sangat disayangkan banyak pula di antara media massa itu yang terbitnya hanya satu dua kali saja, setelah itu mati. Nah, ini yang jadi masalah, sehingga diperlukan manajemen media massa yang baik, yang professional. Tidak terkecuali wartawan pengelolanya,” kata Yusra. Menurutnya, untuk hidup matinya suatu media massa, sangat tergantung pada pengelolaan. Kalau media massa yang sudah mapan seperti Koran harian yang terbit di Kaltim sekarang ini, sudah tak perlu diragukan lagi karena dikelola dengan investasi besar. Tapi bagaimana dengan tabloid-tabliod yang diterbitkan apa adanya? Tentu tidak mungkin bisa berkelanjutan kalau tidak mendapat dukungan, baik dari investor maupun pemerintah. Karena itu tambahnya, pengelola media massa yang belum mapan dari segi finansial ini hendaknya melakukan terobosan dengan lobi-lobi pada Pemerintah Daerah agar bisa dibantu lewat anggaran dana tertentu. “Saya kira banyak Bupati dan Walikota di Kaltim yang dapat membantu peberbitan tersebut, karena mereka sebenarnya juga sangat memerlukan media massa sebagai sarana informasi dan komunikasi kepada masyarakat luas,” katanya. Hal senda juga dikemukakan Hamdani. Mantan wartawan SKH Manuntung (Kaltim Post) dan Suara Kaltim (Swara Kaltim) ini mengatakan, kalau sudah memasuki era globalisasi, khususnya perdagangan bebas, maka media massa Kaltim setidaknya juga harus mengikuti perkembangannya dengan menyajikan berita dalam edisi bahasa Internasional, Inggris. Begitu pula dengan wartawannya, harus mampu berbahasa Inggris jika harus berhadapan dengan narasumber orang asing agar informasi yang diperoleh lebih akurat. “Inilah kelemahan yang ada pada media massa dan wartawan kita sekarang ini,” katanya sembari mengingatkan agar dari sekarang pengelola media massa menyiapkan tenaga-tenaga handalnya dengan SDM yang berkualitas. Sementara itu, staf ahli Gubernur Kaltim Drs Hamli Hakim yang turut hadir pada kesempatan itu antara lain menyinggung tentang kinerja pers sekarang yang menurutnya harus memperhatikan kode etik jurnalistik agar dalam menjalankan tugas tidak menyimpang dari norma-norma umum yang berlaku di masyarakat. Sedangkan Ketua Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Kaltim, Dra Hj Rusmilawati IM Msi yang juga menghadiri acara itu mendapat kesempatan mengeluarkan komentarnya. Dia sangat menyayangkan diskusi tidak banyak diikuti oleh para insan pers, “Padahal setahu saya wartawan di Samarinda dan Kaltim umumnya sekarang ini sudah cukup banyak,” katanya. Untuk menjawab tantangan ke depan, pers Kaltim menurutnya harus menyatukan visi dan misinya, tidak terkecuali peran oraganisasi tempat berhimpun wartawan juga perlu ditingkatkan lebih optimal.(hms5).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar