Rabu, 27 Januari 2010

http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11050

Tantangan Baru Bagi Kaderisasi
12/12/2007
Masa depan sebuah organisasi sangat tergantung pada berjalan tidaknya proses kaderisasi. Bila kaderisiasi berjalan, maka masa depan organisasi itu terjamin, bila kaderisasi tidak jalan, maka masa depan organiasasi itu dalam kegelapan. Bisa jadi baik, karena muncul pimpinan yang tak terduga, tetapi bisa jadi suram karena pemimpin yang hadir tanpa dipersiapkan, sehingga tidak mampu menyambung dan menggerakkan roda organisasi, baik itu organiasasi keluarga, keagamaan, kemasyarakatan, perusahaan, partai politik atau negara.

Saat ini kaderisasi menjadi barang langka, orang kembali ke alam primitif, tidak berinfestasi di sumber daya manusia. Mereka hanya merekrut orang yang sudah jadi. Risikonya harus banyar tinggi, baik bayar dengan uang, atau bayar dengan kekecewaan, sebab seorang pemimpin yang tidak memiliki komitmen organisasi setiap saat bisa meninggaklan organisasinya ketika mendapatkan tawaran yang lebih menguntungkan. Ini yang banyak terjadi saat ini.

Dengan tidak adanya kaderisasi ini, sering dalam menyusunan sebuah organisasi tidak lagi mempertimbangkan kemampuan dan pengabdian serta prestasi. Siapa yang dekat dengan pemegang kekuasaan, dengan modal uang atau menjilat, maka jadilah ia pemimpin. Prosedur rekrutmen tidak dilalui, bisa jadi kader yang berprestasi dilewai oleh petualangan yang tak berpengalaman. Organisasi hanya sebagai terminal atau batu loncatan untuk mencari posisi lebih tinggi. Oleh karena itu hampir semua organisasi sosial, politik dan keagamaan mengalami kerapuhan di dalam karena dikelola oleh orang yang tidak memiliki komitmen berorganisasi.

Kenyataan itu berkembang lebih para, ketika pemimpin yang muncul tidak memiliki visi kaderisasi, sehingga mereka hanya berjalan sendiri, dengan dalih lebih efisien. Ketika efisiensi telah diterapkan dalam organisasi, apalagi didasari oleh prinsip pragmatisme, maka efisiensi telah meruntuhkan system kderisasi organisasi. Kaderisasi tidak mesti dalam kelas resmi, tetapi dijalankan melalui penugasan. Penugasan sebagai proses pematangan telah ditiadakan, ketika para pemimpin lebih senang memilih event organizer (EO) untuk menjalankan suatu acara.

Cara itu memang simpel, dengan dana tertentu ia bisa menunjuk sebuah EO untuk melaksanakan kegiatan, tanpa melibatkan anggota organisasi secara keseluruhan. Dengan demikian dana bisa disimpan lebih banyak. Ketika organisasi banayak menyerahkan kegiatan pada EO maka praktis pengalaman mengkelola organisasi bagi anggota menjadi nihil. Akhirnya organisasi juga tidak ternbangun kebersamaan, maka lambat laun organisasi menjadi sebuah perusahaan pribadi yang tugasnya hanya menjalankan proyek. Bukan untuk menggerakkan organisasi dan menggerakkan masyarakat untuk tujuan tertentu.

Bila fenomena ini berjalan terus tanpa kontrol, maka organisasi akan menjadi korporasi, dan system kaderisasi akan punah. Demikian juga organisasai tidak mperlu memiliki berbagai departemen, karena seorang ketua, telah bisa menunjuk EO mana saja sesuai dengan bidang kerjanya. Anggota organisasi yang diterlantarkan tidak dimobilisasi akhirnya mengalami kejenuhan sendiri, karena itu satu-persatu mengundurkan diri, atau tidak aktif.

Fenomena EO ini juga sudah mulai merasuki kalangan aktivis NU, sehingga tugas kaderisasi organisasi jadi terhenti. Tidak ada aktivitas yang didistribusikan, tidak ada pengalaman yang disosialisasikan. Ini semua akibat lemahnya gerakan kaderisasi, sehingga organisasi berkembang tanpa pola, dan lama kelamaan organisasi mengalami kejenuhan, kemandekan bahkan terjadi kehilangan spirit. Kalaupun organisasi masih hidup, tetapi tidak memiliki aktivitas, hanya punya papan nama. Padahal masyarakat banyak membutuhkan pertolongan.

Sementara itu di sisi lain muncul kelompok Islam baru yang radikal dengan spirit organisasi yang tinggi, dan dengan pengkaderan yang sistematis, mulai menguasai keadaan. Kalau kalangan ormas termasuk NU tidak memperbaiki system organisasinya, terutama sistem rekrutmen dan bidang kaderisasinya, NU akan mengalami disorganisasi dan akan mengalami demoralisasi, ketika komitmen berorganisasi tidak ditumbuhkan. Komitmen organisasi bisa ditumbuhkan melalui serangkaian keteladanan dan kaderisasi. (Abdul Mun’im DZ)

« Kembali ke arsip Analisa Berita | Print| Share

Komentar:
maghfirah menulis:
Kaderisasi harus kontinyu dilakukan. Supaya NU tidak dimasuki oleh org2 yg punya kepentingan sesaat. Ataupun NU hanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak jelas ke-NU-annya. Kalau banyak kader militan yang diproduksi NU, maka insya Allah NU tetap menjadi 'darah daging' yang siap menjadi 'energizer' dalam setiap aspek kehidupan. NU is the Best. Harus dicamkan" NU is Great" bukan ecek-ecek bukan sekedar EO. Sepekat. ahmad khotib menulis:
Kaderisasi merupakan proses yg hrs dlalui untuk solidnya sebuah organisasi dlm hal ini NU, NU yg memiliki 10 Banom, 2 Lajnah, 14 Lembaga merupakan rmh yg besar yg perlu ditata dpelihara diantaranya melalui kaderisasi dsetiap sayap organisas NU trsebut. yg perlu dpertegas adlh: format, materi kaderisasi tsb.
Achmad DM menulis:
yap betul sekali yg dipaparkan oleh saudara Abd Mun'im DZ, dan kondisi organisasi NU yg sekarang ini sedang pada posisi lemah di kaderisasi, sehingga kita saksikan banyak gen muda yg direkrut / ikut kaderisasi yg dilakukan sec intensif oleh orgss lain.. Kita tinggal melihat para tokoh NU yg sedang duduk di atas Jika beliau2 peduli pada perkembangan NU ke Depan, tentu akan memperhatikan upaya2 proses kaderisasi yg sedang dilakukan oleh temen2 di tingkat bawah. MOHAMMAD SAVIER AZMY menulis:
Saya setuju dengan sahabat Abd Munim DZ yang mengatakan bahwa kaderisasi atau regenerasi di kalangan NU saat ini tertinggal dengan ormas-ormas Islam lainnya.
Menurut saya perlu ada evaluasi mendalam terhadap konsep yang saat ini diterapkan dalam mengkader kaum muda NU.
Tidak terlihat sebuah semangat perjuangan kecuali bila merasa disudutkan oleh ormas lain. Mungkin perlu dipelajari kembali visi dan misi dari NU itu sendiri.
m.slamet menulis:
di saat sekarang ini nu harus melakukan kaderisasi secara sistematis tidak boleh secara asal-asalan baik di bidang politik ,sosial keagamaan,ekonomi.harusnya nu memberi peluang yang luas kepada badan oonom di bawah nu untuk melakukannya secara mandiri seperti gp ansor supaya mengelelola dan membangun ekonomi umat bayak faktor yang bisa di lakukan oleh gp ansor dalam mengelelola dan memberdayakan perekonomian umat saatnya gp ansor berpaling dari arena politik CAH GUNUNGNANGKA menulis:
betul ap yang telah tertulis di artikel diatas pengkaderan harus dilakukan,orgnisasi nu itu besar jdi banyak orang2 memanfaatkan organisasi ini sbgai formalitas untuk mncri jbatan tertinggi,msalaeh kesirian karo tukang nderes kan menek wit klapa dadi pejabat tinggi he he he he........................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar